FONOLOGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bahasa adalah sistem bunyi ujar sudah disadari oleh para linguis. Oleh
karena itu,objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk
bunyi ujar. Kalau toh dalam praktik berbahasa dijumpai ragam bahasa
tulis, dianggap sebagai bahasa sekunder, yaitu “rekaman” dari bahasa lisan.
Oleh karena itu, bahasa tulis bukan menjadi sasaran utama kajian linguistik
Konsekuensi logis dari anggapan –bahwa
keyakinan- ini adalah dasar analisis cabang –cabang linguistik apa pun
(fononologi, morfologi, sintaksis dan lainnya)berkiblat pada korpus data yang
bersumber dari bahasa lisan, walaupun yang dikaji sesuai dengan konsentrasinya
masing-masing. Misalnya, fonologi berkonsentrasi pada persoalan bunyi,
morfologi pada persoalan struktur internal kata, sintaksis pada persoalan
susunan kata dalam kalimat, semantik pada persoalan makna kata.
Dari sini dapat dipahami bahwa material
bahasa adalah bunyi-bunyi ujar. Kajian mendalam tentang bunyi-bunyi ujar ini
diselidiki oleh cabang linguistik yang disebut FONOLOGI
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa definisi
fonologi?
2.
Apa saja macam-macam
transkipsi dan klasifikasi bunyi ?
3.
Bagaimana cara
pembentukan bunyi?
4.
Apa saja yang
termasuk alat bunyi?
1.3 Tujuan
Pembahasan
1.
Untuk mengetahui
definisi fonologi.
2.
Untuk mengetahui
macam-macam transkipsi dan klasifikasi bunyi.
3.
Untuk mengetahui cara
pembentukan bunyi.
4.
Untuk mengetahui
macam-macam alat bunyi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Fonologi
Pengertian Fonologi secara bahasa adalah bagian tata bahasa atau bidang ilmu yang menganalisis bunyi
bahasa secara umum. Secara etimologi istilah fonologi ini berasal dari gabungan
dua kata Yunani yaitu phone yang berarti bunyi dan logos yang
berarti tatanan, kata, atau ilmu disebut juga tata bunyi. Atau ada asumsi lain
bahwa menurut etimologi fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti ‘bunyi’, dan
logi berarti ‘ilmu’. Sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai
bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan
menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang di produksi oleh alat-alat ucap manusia.
Fonologi mempunyai dua cabang kajian dari sudut pandangnya, yaitu :
1.
Fonetik
Fonetik merupakan bidang kajian ilmu pengetahuan (science)yang
menelaah bagaimana manusia menghasilkan bunyi-bunyi bahasa dalam ujaran,
menelaah gelombang-gelombang bunyi bahasa dalam ujaran, menelaah
gelombang-gelombang bunyi bahasa yang dikeluarkan dan bagaimana alat pendengar
manusia menerima bunyi-bunyi bahasa untuk dianalisis oleh otak manusia
(O’Connor,1982:10-11, Ladefoged,1982:1).Menurut Clark dan Yallop (1990 ),
fonetik merupakan bidang yang berkaitan erat dengan kajian bagaimana cara
manusia berbahasa serta mendengar dan memproses ujaran yang diterima.
Secara umum, fonetik dapat dibagi menjadi tiga bidang kajian, yaitu
:
A.
Fonetik
Fisiologis
Fisiologi adalah suatu bidang ilmu pengetahuan yang mengkaji
tentang fungsi fisiologis manusia (Liberman,1997:3). Sebagaimana kita ketahui,
manusia yang normal tentu mampu menghasilkan berbagai bunyi bahasa dengan
menggerak-gerakkan atau memanfaatkan organ-organ tuturnya, misalnya lidah bibir
dan gigi bawah(yang digerakkan oleh rahang bawah). Dengan demikian, seseorang
yang ingin mengkaji bunyi-bunyi bahasa harus mengetahui juga berbagai struktur
mekanisme pertuturan, memahami fungsi setiap mekanisme tersebut dan peranannya
dalam menghasilkan berbagai bunyi bahasa (Singh dan Singh,1976:2)
Dalamhal ini,
Fonetik Fisiologis mengkaji tentang penghasilan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan
fungsi mekanisme biologis organ tutur manusia.
B.
Fonetik
Akustis
Kajian fonetik akustis bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi
bahasa dan bagaimana alat pendengaran manusia memberikan reaksi kepada
bunyi-bunyi bahasa yang diterima (Malmberg, 1963:1). Ada tiga ciri utama
bunyi-bunyi bahasa yang mendapatkan penekanan dalam kajian fonetik akustis
yaitu frekuensi, tempo, dan kenyaringan. Alat-alat yang digunakan untuk
mengkaji gelombang bunyi bahasa dan mengukur pergerakan udara antara lain, spektograf
( alat untuk menganalisis dan memaparkan frekuensi dan tekanan), oscilloskop
( alat untuk memaparkan ciri-ciri kenyaringan bunyi).
Secara ringkas
dapat disimpulkan bahwa dalam rangka pengkajian fonetik akustik, fonitisi berusaha
menguraikan berbagai hal tentang bagaimana suatu bunyi bahasa ditanggapi dan
dihasilkan oleh mekanisme pertuturan manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi
bahasa itu dalam ruang udara, yang seterusnya bisa merangsang proses
pendengaran manusia.
C.
Fonetik
Auditoris atau Fonetik Persepsi
Mengarahkan kajiannya pada persoalan bagaimana manusia menentukan
pilihan bunyi-bunyi yang diterima alat pendengarannya. Dengan arti kata, kajian
ini meneliti bagaimana seorang pendengaran menanggapi bunyi-bunyi yang diterimanya
sebagai bunyi-bunyi yang perlu diproses sebagai bunyi-bunyi bahasa bermakna,
dan apakah ciri bunyi-bunyi bahasa yang dianggap penting oleh pendengar dalam
usahanya untuk membeda-bedakan setiap bunyi bahsa yang didengar( Singh dan
Singh. 1976:5) Tegasnya, fonetik auditoris adalah kajian terhadap respons
sistem pendengaran terhadap rangsangan gelombang bunyi yang diterima.
2. Fonemik
Fonemik
khusus mempelajari bunyi-bunyi bahasa yang membedakan arti saja. Bunyi bahasa
yang membedakan artiitu disebut fonem. Dengan demikian fonemik mempelajari
fonem-fonem dan segala realisasi dan variasinya. Fonem terbagi atas dua macam,
yakni fonem suprasegmental adalah fonem yang tidak memiliki tempat di dalam
urutan sintagtik. Keberadaannya di dalam urutan menumpang pada fonem segmental.
Fonem supra segmental ini bisa disebut juga fonem prosodi.
a.
Fonem Segmental
Fonem segmental adalah fonem yang mempunyai
tempat didalam urutan dan sintagmatik. Fonem segmental terdiri dari vokal dan
konsonan. Ada nama yang juga sering disebut karena berkaitan dengan vocal dan
konsonan, yaitu diftong dan klaster. Diftong adalah gabungan dua vokal
yang menimbulkan bunyi luncuran lain. Contoh diftong ialah: au, ai, oi yang
dibaca (aw), (ay), (oy).
Contoh kalimat:
1. Harimau (harimaw) itu berhasil ditangkap penduduk.
2. Mereka bermain voli pantai. (pantay)
3. Para buruh memboikot (memboykot) pertemuan itu.
Sedangkan Klaster adalah gugus
konsonan dalam batas silabel.
Berdasarkan posisinya, dalam suku kata ada dua macam klaster, yaitu klaster
inisial dan klaster final. Karena kosakata bahasa Indonesia tidak mempunyai
klaster, maka ketika menggunakan klaster kata-kata serapan, penutur bahasa
Indonesia cenderung untuk menduasukukan dengan menambahkan[ ] di antaranya.
Misalnya, kata [ pra ko ] sering di ucapkan [ p ra ko ],[slogan] diucapkan [s
logan].
b.
Fonem Suprasegmental
Fonem suprasegmental adalah fonem yang tidak memiliki tempat di dalam
urutan sintagtik. Keberadaannya di dalam urutan menumpang pada fonem segmental.
Fonem supra segmental ini bias disebut juga fonem prosodi. Fonem suprasegmental
tidak mempunyai tempat di dalam struktur. Kehadirannya hanya “membonceng”
pada fonem segmental atau stuktur lain, terdiri atas tiga macam yaitu setrss
(tekanan), tone (nada), atau pitch, length (kepanjangan).
2.2 Macam-macam Transkripsi dan Klasifikasi
Bunyi
Transkripsi adalah suatu cara pengalihan bentuk
bunyi di dalam abjad fonetis (Soeparno, 2002). Selain ada juga yang
mendefinisikan bahwa transkripsi adalah tuturan atau pengubahan teks dengan
tujuan untuk menyarankan lafalbunyi, fonem, morfem, atau tulisan sesuai dengan
ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa yang menjadi sasarannya (Marsono, 1993).
Tujuannya untuk mencatat setepat mungkin semua ciri dari ucapan atau
seperangkat ucapan yang dapat didengar dan dikenal oleh penulis di dalam arus
ujar. Selain itu transkripsi juga digunakan untuk mengetahui perbedaan yang
halus dari beberapa ucapan dialek-dialek (Samsuri, 1974).
Abjad fonetis tersebut bersifat konvensional,
dan konvensi yang paling luas merupakan konvensi internasional. Organisasi
fonetik internasionalThe International Phonetic Association (IPA), yaitu
persatuan para guru bahasa yang berdiri sejak akhir abad ke-19, yang didirikan
untuk mempopulerkan metode baru dalam pengajaran bahasa yang lebih menekankan
pada pengajaran bahasa lisan,telah berhasil menetapkan symbol fonetik
internasional yang disebut The International Phonetic Alphabets (IPA).
Ada dua macam transkripsi, yakni transkripsi
fonetis dan transkripsi fonemis.
a)
Transkripsi Fonetis
Yaitu
mentranskripsikan semua bunyi baik yang membedakan arti maupun yang tidak.
Simbol fonetiknya dituliskan di antara dua kurung siku tegak.
Transkripsi
fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis. Lambang tulis atau
lambang fonemis yang sering dipakai adalah lambang bunyi yang ditetapkan oleh The
International Phonetic Association (IPA).
Untuk
kepentingan kajian fonologi, berikut adalah daftar secara selektif
lambang-lambang fonetik IPA yang diperkirakan terdapat dalam bunyi bahasa
Indonesia, dan dengan penyesuaian seperlunya karena pertimbangan komputerisasi.
Lambang
Fonetis
|
Alfabet
Latin
|
Contoh
|
|
[i]
[Ī]
[e]
[ε]
[ә]
[a]
[u]
[
![]()
[o]
[O]
[aw]
[ay]
[Oy]
[p]
[p’]
[b]
[t]
[t’]
[ț]
[d]
[d]
[k]
[k’]
[?]
[g]
[m]
[n]
[n]
[ñ]
[ή]
[c]
[j]
[l]
[r]
[s]
[š]
[z]
[x]
[γ]
[h]
[h]
[w]
[ώ]
[y]
|
Sama
dengan hurufi
Sama
dengan huruf I bertilde
Sama
dengan huruf e
Sama
dengan huruf e capital
Sama
dengan huruf e terbalik
Sama
dengan huruf a
Sama
dengan huruf u
Sama
dengan huruf u kapital
Sama dengan
huruf o
Sama
dengan huruf o capital
Huruf a
dan w subscript
Huruf a
dan y subscript
Huruf o
kapital dan w subscript
Sama
dengan huruf p
Huruf p
berpetik tunggal
Sama
dengan huruf b
Sama
dengan huruf t
Huruf
t berpetik tunggal
Huruf t
bertirik bawah
Sama
dengan huruf d
Huruf d
bertitik bawah
Sama
dengan huruf k
Huruf k
berpetik tunggal
Sama
dengan tanda tanya
Sama
dengan huruf g
Sama
dengan huruf m
Sama
dengan huruf n
Huruf n
bertitik bawah
Huruf n
bertilde
Huruf n
berekor
Sama
dengan huruf c
Sama dengan
huruf j
Sama
dengan huruf l
Sama
dengan huruf r
Sama
dengan huruf s
Huruf s
bertilde
Sama
dengan huruf z
Sama
dengan huruf x
Huruf x
bergelung bawah
Sama
dengan huruf h
Huruf h
bertangkai di atas
Sama
dengan huruf w
Huruf w
bergaris bawah
Sama dengan
huruf y
|
[bi+sa]
’bisa’, [sa+dis] ‘sadis’
[so+pĪr]
‘sopir’, [sĪk+sa] ‘siksa’
[sa+te]
‘sate’, [so+re] ‘sore’
[pεn+dεk]
‘pendek’, [rε+mεh] ‘remeh’
[kә+lә+la+war]
‘kelelawar’
[pa+rah]
‘parah’
[bu+ku]
‘buku’, [mu+tu] ‘mutu’
[ba+t
![]() ![]()
[so+to]
‘soto’, [ka+do] ‘’kado
[On+cOm]
‘’oncom [bO+rOs] ‘boros’
[ha+ri+maw]
‘harimau’
[san+tay]
‘santai’, [tu+pav] ‘tupai’
[kO+bOy]
‘koboy’, [am+bOy] ‘amboy’
[pa+pan]
‘papan’, [ku+pas] ‘kupas’
[sap’+ta]
‘sapta’. [a+tap’] ‘atap’
[ka+bar]
‘kabar’, [bu+tUh] ‘butuh’
[ta+tar]
‘tatar’, [tin+ta] ‘tinta’
[a+dat’]
‘adat’. [O+bat’] ‘obat’
[pen+țol]
‘pentol’
[da+di]
‘jadi’. [du+du] ‘bukan’ (Jawa)
[pen+du+du?]
‘penduduk’
[ka+ka?]
‘kakak’, [ku+pas] ‘kupas’
[po+li+tik’]‘politik’,[prak’+tis]
‘praktis’
[a+ja?] ‘ajak’,
[ba?+so] ‘bakso’
[ga+gal]
‘gagal’, [gu+la] ‘gula’
[ma+lam]
‘malam’, [lam+pu] ‘lampu’
[pin+tu]
‘pintu’, [pәn+tiη] ‘penting’
[na+ma]‘nama’
[ña+ta]
‘nyata’, [ña+ñi] ‘nyanyi’
[pu+laή]
‘pulaang’, [paή+kal] ‘pangkal’
[ca+car]
‘cacar’, [cu+raη] ‘curang’
[ja+ja?]
‘jajak’
[la+lu]
‘lalu’, [li+pat] ‘lipat’
[ra+mah]
‘ramah’, [ru+mah] ‘rumah’
[sa+ri]
‘sari’, [su+rat] ‘surat’
[ša+rat]
‘sarat’
[za+man]
‘zaman’, [zi+a+rah] ‘ziarah’
[xas]
‘khas’, [xa+lik] ‘khalik’
[ba+liγ]
‘baligh’, [maγ+rib] ‘maghrib’
[ha+lus]
‘halus’
[mah+ka+mah]
‘mahkamah’
[wa+jar]
‘wajar’, [ta+wa] ‘tawa’
[ru+ ώet]
‘rumit’ (Jawa)
[ba+yi] ‘bayi’,
[pe+la+yan] ‘pelayan’
|
|

b)
Transkripsi Fonemis
Hanya
mentranskripsikan khusus bunyi-bunyi yang mendukung arti saja. Simbol fonetik
yang dipakai sama dengan transkripsi fonetis akan tetapi dituliskan di antara
dua garis miring ( // ).
Berikut merupakan contoh ejaan fonetis dengan
fonemis.
NO
|
EJAAN FONETIS
|
EJAAN FONEMIS
|
1.
|
[piŋUl]
|
/pinggul/
|
2.
|
/bebek/
|
|
3.
|
/pojok/
|
|
4.
|
[warUŋ]
|
/warung/
|
5.
|
[sampay]
|
/sampai/
|
Contoh pasangan minimal.
1.
pagi [pagi] vs. bagi [bagi], [p] dan [b]
membedakan arti fonem.
2.
curang [curaŋ] vs. jurang [juraŋ], [c] dan [j] membedakan arti fonem.
3.
keras [kəras] vs. teras [təras], [k] dan [t]
membedakan arti fonem.
4.
malam [malam]vs. macam [macam], [l] dan [c] membedakan arti fonem.
5.
jadi [jadi] vs. padi [padi], [j] dan [p]
membedakan arti fonem.
Klasifikasi bunyi
Klasifikasi bunyi dibagi dua yaitu bunyi segmental dan bunyi suprasegmental.
Klasifikasi bunyi segmental didasarkan berbagai macam kriteria,
yaitu:
1.
Ada
Tidaknya Gangguan
Yang dimaksud dengan gangguan adalah penyempitan atau penutupan
yang dilakukan oleh alat-alat ucapatas arus udara dalam pembentukan bunyi.
Dilihat dari tidak adanya gangguan ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan mrnjadi dua, yaitu:
a.
Bunyi
Vokoid
Yaitu
bunyi yang dihasilkan tanpa melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah
artikulasi.
b.
Bunyi
Kontoid
Yaitu
bunyi yang dihasilkan dengan melibatkan penyempitan atau penutupan pada daerah
artikulasi.
2.
Mekanisme
Udara
Mekanisme udara adalah dari mana datangnya udara yang menggerakkan
pita suarasebagai ssumber bunyi, ada tiga kemungkinan mekanisme udara, yaitu:
a.
Mekanisme
udara pulmonalis yaitu udara yang dari paru-paru menuju ke luar.
b.
Mekanisme
udara laringal atau faringal yaitu udara yang datang dari laring atau faring.
c.
Mekanisme
udara oral yaitu udara yang datang dari mulut.
3.
Arah
Udara
Dilihat dari arah udara keika bunyi dihasilkan, bunyi dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.
Bunyi
egresif
Bunyi
udara yang dihasilkan dari arah udara menuju ke luar melalui rongga mulutatau
rongga hidung.
b.
Bunyi
ingresif
Bunyi
udara yang dihasilkan dari arah udara masuk ke dalam paru-paru. Misalnya kita
berbicara sambil terisak.
4.
Pita
Suara
Dilihat dari bergetar tidaknya pita suara ketika bumyi dihasilkan,
dapat dikrlompokkan menjadi dua, yaitu:
a.
Bunyi
mati atau bunyi tidak bersuara
Bunyi
yang dihasilkan dengan pita suara tidak melakukan gerakan membuka menutup
sehingga getarannya tidak signifikan.
Misalnya:
bunyi [k], [p], [t], [s]
b.
Bunyi
hidup atau bunyi bersuara
Bunyi
yang dihasilkan dengan pita suara melakukan gerakan membuka menutup secara
cepat sehingga bergetar secara signifikan.
Misalnya:
bunyi [g], [b], [d], [z]
5.
Lubang
Lewatan Udara
Dilihat dari lewatan udara
ketika bunyi dihasilkan, dapat dikrlompokkan menjadi tiga, yaitu:
a.
Bunyi
oral
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut, dengan menutup
velik pada dinding faring.
b.
Bunyi
nasal
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga hidung, dengan menutup
rongga mulut dan membuka velik lebar-lebar.
c.
Bunyi
sengau
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara udara keluar melalui rongga mulut dan rongga
hidung, dengan membuka velik sedikit.
6.
Mekanisme
Artikulasi
Mekanisme artikulasi adalahalat ucap mana yang bergerak atau
bekerja ketika menghasilkan bunyi bahasa. Berdasarkan kriteria ini, bunyi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Bunyi
bilabial yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah dan bibir
atas. Contoh: [p], [b], [m]. dsan [w]
b.
Bunyi
labio-dental yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan bibir bawah dan gigi
atas. Contoh: [f] dan [v]
c.
Bunyi
apiko-dentalyaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan ujung lidah dan gigi
atas. Contoh: [t] pada [pintu], [n] pada [minta]
d.
Bunyi
apiko-alveolaryaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatanujung lidah dan gusi
atas.
e.
Bunyi
lamino-palatalyaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tengah lidah dan
langit-langit kertas. Contoh: [c], [j]
f.
Bunyi
dorso-velaryaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah dan
langit-langit lunak. Contoh: [k], [g], [x], dan [η]
g.
Bunyi
dorso-uvularyaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan pangkal lidah dan
anak tekak. Contoh: [q], [R]
h.
Bunyi
laringalyaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan tenggorok (laring).
Contoh: [h]
i.
Bunyi
glottal yaitu bunyi yang dihasilkan oleh keterlibatan lubang atau celah
(glotis) pada pita suara. Contoh: [?]
7.
Cara
Gangguan
Dilihat dari cara gangguan arus udara oleh artikulator ketika bunyi
diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Bunyi
stop (hambat) yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup rapat
sehingga udara terhenti seketika. Lalu dilepaskan kembali secara tiba-tiba.
Contoh: [b], [t]. [d], [k]
b.
Bunyi
kontinum (alir)yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara tidak ditutup
secara total sehingga arus udara tetap
mengalir.
c.
Bunyi
afrikatif (paduan)yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup
rapat, tetapi kemudian dilepas secara berangsur-angsur. Contoh: [c], [j]
d.
Bunyi
frikatif (geser)yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara dihambat
sedemikian rupa sehingga udara tetap dapat keuar. Contoh: [f], [v], [s], [z],
[x].
e.
Bunyi
tril (getar)yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup dan
dibuka berulang-ulang secara cepat. Contoh: [r] dan [R]/
f.
Bunyi
lateral (samping)yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara ditutup
sedemikian rupa sehingga udara masih dapat keuar melalui salah satu atau kedua
sisi-sisinya. Contoh: [l] pada [lima]
g.
Bunyi
nasal (hidung)yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara arus udara yang lewat
rongga mulut ditutup rapat, tetapi arus udara dialirkan lewat rongga hidung.
Contoh: [m], [n], dan [η]
8.
Tinggi
Rendahnya Lidah
Dilihat dari tinggi rendahnya lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Bunyi
tinggi yaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi, mendekati
lamgit-langit keras. Misalnya: [i] dapa [kita], [u] pada [hantu]
b.
Bunyi
agak tinggiyaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah meninggi,
sehinnga agak mendekati langit-langit keras. Mosalnya: [e] pada [lele], ]o]
pada [soto].
c.
Bunyi
agak rendahyaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah di tengah.
Mosalnya: [ә] pada [sәgәra]
d.
Bunyi
agak rendahyaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidah agak menengah.
Misalnya: [O] pada [pOkOk]
e.
Bunyi
rendahyaitu bunyi yang dihasilkan dengan cara posisi lidahmerendah, sehinnga
menjauh dari langit-langit keras. Misalnya: [a] pada [bata], [a] pada [armada].
9.
Maju
Mundurnya Lidah
Dilihat dari maju mundurnya
lidah ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Bunyi
depan
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara bagian depan lidah dinaikkan. Misalnya: [i], [Ī], [e], [ε],
[a].
b.
Bunyi
pusat
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara lidah merata, tidak ada bagian lidah yang
dinaikkan. Misalnya: [ә]
c.
Bunyi
belakang
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara bagian belakang lidah dinaikkan. Misalnya: [u],
[U], [o], [O], [α]
10.
Bentuk
Bibir
Dilihat dari bentuk bibir ketika bunyi diucapkan, bunyi dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
a.
Bunyi
bulat
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara posisi bibir berbentuk bulat. Misalnya: [u], [U],
[o], [O], [α]
b.
Bunyi
tidak bulat
Bunyi
yang dihasilkan dengan cara posisi bibirmerata atau tidak bulat. Misalnya: [i],
[Ī], [e], [ε],
[a]
Bunyi
suprasegmental
Bunyi bahasa ketika diucapkan ada yang bisa disegmen-segmenkan,
diruas-ruaskan, atau dipisah-pisahkan. Bunyi- Bunyiyang
bisadisegmentasikan disebut bunyi
segmental. Tetapi ada juga yang tidak bisa disegmen-segmenkan karena kehadiran
bunyi ini selalu mengiringi, menindih, atau ‘menemani’ bunyi segmental. Oleh
karena itu sifatnya yang demikian bunyi itu disebut bunyi suprasegmental.
Bunyi- bunyi suprasegmental dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:
1.
Tinggi-Rendah
(Nada, Tona,Pitch)
Ketika bunyi-bunyi
segmental diucapkan, selalu melibatkan nada, baik nada
tinggi sedang atau lemah. Hal ini disebabkan karena adanya faktor
keteganganpita suara, arus udara, dan posisi pita suara ketika bunyi itu
diucapkan. Makin tegang pita suarayang disebabkan oleh kenaikan arus udara dari
paru-paru, makin tinggi pula nada bunyi tersebut. Begitu juga, posisi pita
suara. Pitasuara yang bergetar lebih cepat akan menentukan tinggi nada suara
ketika berfonasi.
Contoh dalam bahasa Indonesia:
[satell] sate. ‘pemberitahuan bahwa ada sate’
[sate//]
sate? ‘menanyakan
tentang sate’
[sate= =] sate! ‘memanggil
penjual sate’
Pada tataran
kalimat, variasi-variasi pembeda maksud disebut intonasi, yang ditandai dengan
[||] untuk intonasi datar turun
dan yang biasa terdapat dalam kalimat berite (deklaratif), [//] umtuk intonasi
datar naik dan biasa terdapat dalam kalimat tanya, dan [= =] umtuk intonasi
datar tinggidan biasa tersapat dalam kalimat perintah.
Secara linguistik, nada bisa menunjukkan kadar emosi penutur,
misalnya, nada tinggi tajam menunjukkan kemarahan, nada rendah menunjukkan
kesusahan, dab nada tinggi menunjukkan kegembiraan.
2.
Keras-Lemah
(Tekanan, Aksen, Stress)
Ketika
bunyi-bunyi segmental diucapkan tidak pernah lepas dari keras atau lemahnya
bunyi. Hal ini disebabkan oleh keterlinatan energi otot ketika bunyi diucapkan.
Suatu bunyi dikatakan mendapat tekanan apabila energi otot yang
dikeluarkan lebih besar ketika bunyi itu
diucapkan. Sebalinya suatu bunyi dikatakan tidak mendapat tekanan apabila
energi otot yang dikeluarkan lebih kecil
ketika bunyi itu diucapkan.
Variasi tekanan bisa dikelompokkan menjadi empat , yaitu:
a.
Tekanan
keras yang ditandai dengan [ ́ ]
b.
Tekanan
sedang yang ditandai dengan [ ˉ ]
c.
Tekanan
lemah yang ditandai dengan [ ̀ ]
d.
Tidak
ada tekanan ditandai dengan tidak adanya tanda diakritik.
Dalam bahasa
tertentu, variasi tekanan ini ternyata bisa membedakan makna pada tataran kata, dan membedakan maksud pada
tataran kalimat. Contoh:
·
Saya membeli buku. (tekanan pada saya)
Maksudnya: yang membeli buku adalah saya, bukan kamu atau dia.
·
Sayamembeli
buku. . (tekanan padamembeli)
Maksudnya: saya benar-benar membeli, bukan mencari buku.
·
Saya
membelibuku. (tekanan padabuku)
Maksudnya: yang saya beli memang buku, bukan yang lain.
3.
Panjang-Pendek
(Durasi)
Bunyi-bunyi
segmental huga dapat dibedakan dari panjang pendeknya ketika bunyi itu
diucapkan. Bunyi panjang untuk vokoid diberi tanda satuan mora, yaitu
satuan waktu pengucapan, dengan tanda titik. Tanda titik satu [.] menandakan
satu mora, tanda titik sua [:] menandakan dua mora, dan tanda titik tiga [:.]
menandakan tiga mora. Sementar untuk bunyi-bunyi kontoid diberi tanda rangkap,
dengan istilah geminate.
Dalam
bahasa-bahasa tertentu variasi panjang pendek bunyi ternyata bisa membedakan
makna (sebagai fonem), bahkan bermakna sebagai morfem. Misalnya:
Bahasa arab :
[habibi] ’kekasih’ kontoid panjang
[habibi:] ’kekasihku’ kontoid panjang mempunyai makna atau
moferm.
Dalam bahasa Indonesia aspek ini tidak membedakan makan atau tidak
fonemis, juga tidak mempunyai makna atau morfemis.
4.
Kesenyapan
(Jeda)
Yang dimaksud
dengan penghentian adalah pemusatan auatu arus bunyi segmental ketika
diucapkan oleh penutur. Sebagai akibatnya,
akanterjadi kesenyapan diantara bunyi-bunyi yang terputus itu. Kesenyapan itu
bisa berada di pododo awal, tengah, dan akhir ujaran.
Kesenyapan awal
terjadi ketika bunyi akan diujarkan, misalnya ketika akan mengujarkan kalimat ini
bukuterjadi kesenyapan yang tidak terbatas sebelumnya. Kesenyapan tengah
terjadi antara ucapan kata-kata dalam kalimat, misalnya antara ucapan ini
dan buku pada ini buku, atau ucapan antar suku kata, misalnya
antara suku kata i dan ni pada kata ini (walaupun
kesenyapan itu sangat singkat). Kesenyapan akhirterjadi pada akhir ujaran,
misalnya ujaran akhir kalimat ini bukuterjadi kesenyapan yang tidak
terbatas sesudahnya.
Kesenyapan awal dan akhir ujaran ditandai dengan palang rangkap
memanjang [#],
kesenyapan di antara kata ditandai dengan palang rangkap pendek [#], sedangkan
kesenyapan diantara suku kata ditandai dengan palang tunggal [+]. Dengan
demikian kalimat ini buku kalu ditranskripsikan denagn memperhatikan
kesenyapan terlihat sebagai berikut: [# i + ni # bu + ku #].
2.3 Proses pembentukan Bunyi
Bunyi apa saja, termasuk bunyi bahasa, pada dasarnya adalah getaran
atas benda apa saja karena adanya energi yang bekerja. Getaran ini disadari
sebagai bunyi apabila getaran itu cukup kuat dan dihantarkan ke alat dengar oleh
udara sekitar. Proses pembententukan bunyi bahasa juga demikian. Sumber energi
utamanya adalah arus udara yang mengalir dari paru-paru.Getaran itu timbul pada
pita suara sebagai akibat tekanan arus udara, yang dibarengi dengan gerakan
alat-alat ucap sedemikian rupa sehingga menimbulkan perbedaan atau perubahan
rongga udara yang terdapat dalam mulut atau hidung.
Proses membentuk dan mengucapkan
bunyi berlangsung dalam suatukontinuum. Menurut analisis bunyi
fungsional, arus bunyi yang kontinuumtersebut bisa dikategorisasikan
berdasarkan segmen tertentu. Walaupun denikian,ada pula bunyi yang tidak dapatdikategorisasikan
menjadi segmen-segmentertentu yang disebut bunyi suprasegmental. Oleh sebab
itu, bunyi bahasa dapatdibagi menjadi (1) bunyi segmental dan (2) bunyi
suprasegmental.
Proses terbentuknya bunyi bahasa secara garis besarnya terbagi atas
4 macam, yakni: (1) proses keluarnya bunyi dari paru-paru, (2) proses fonasi,
yaitu lewatnya bunyi dalam tenggorokan, (3) proses artikulasi yaitu proses
terbentuknya bunyi oleh artikulator dan, (4) proses oro-nasal, proses keluarnya
bunyi melalui mulut atau hidung (Ladefoged, 1973: 2-3).
2.4 Macam-macam Alat Ucap
Alat ucap adalah alat-alat yang digunakan untuk menghasilkan
bunyi-bunyi bahasa. Bunyi bahasa disebabkan oleh empat hal, yakni: (1) udara
yang keluar dari paru-parumelalui tenggorokan, (2) artikulator, bagian alat
ucap yang dapat digeser, (3)artikulasi, bagian alat ucap yang menjadi pusat
tujuan atikulator, dan (4) oronasal,jalan keluarnya udara yaitu mulut atau
hidung (Ladefoged, 1973: 2-3) .
Di bawah ini satu per satu alat ucap manusia yang berguna dalam
membentuk bunyi bahasa :
1. paru-paru (lungs)
2. tenggorokan (trachea)
3. pangkal tenggorokan (larynx)
4. pita suara (vocal cords)
5. krikoid (cricoid)
6. tiroid (tyroid) atau
gondok laki
7. aritenoid (arythenoid)
8. rongga anak tekak (pharynx)
9. epiglotis (epiglottis)
10. akar lidah (root of tangue)
11. punggung lidah (dorsum)
12. tengah lidah (medium)
13. daun lidah (lamina)
14.
ujung lidah (apex)
15. anak
tekak (uvula)
16.
langit-langit lunak (velum)
17.
langit-langit keras (palatum)
18.
gusi (alveolum)
19.
gigi atas (denta)
20.
gigi bawah (denta)
21.
bibir atas (labia)
22.
bibir bawah (labia)
23. mulut (mouth)
24.
rongga mulut (mouth cavity)
25. rongga
hidung (nasal cavity)
Alat
Ucap Manusia

Alat ucap manusia tersebut berfungsi khusus dan mandiri. Pada
bagian inidideskripsikan secara singkat fungsi alat ucap.
a. Paru-paru (Lungs)
Paru-paru berfungsi untuk bernafas.
Bernafas terdiri atas dua proses,yakni: (1) Proses menghisap udara ke paru-paru,
yang berupa oksigen (O2); dan(2) Proses mengeluarkan udara dari paru-paru, yang
berupa karbondioksida (CO2).Salama hidup, manusia senantiasamenghisap dan
mengeluarkan uadara. Dengandemikian, paru-paru berfungsi untukmengeluarkan
udara yang menjadi sumberterbentuk bunyi bahasa (Pike, 1974).
b. Pangkal Tenggorokan (Larynx)
Pangkal tenggorokan adalah rongga di
ujung saluran pernapasan. Pangkaltenggorokan ini terdiri atas empat komponen,
yakni: (1) tulang rawan krikoid, (2)tulang rawan Aritenoid, (3) sepasang pita
suara, dan (4) tulang rawan tiroid(Malmberg, 1963:22).Tenggorokan (larynx),
rongga anak tekak (pharinx), pita suara (vocalcords), dan anak
tekak (uvula). Tenggorokan berfungsi untuk mengeluarkanudara dari
paru-paru, rongga tersebut dapat membuka atau menutup. Jika ronggatenggorokan
membuka akan membentuk bunyi vokal, sebaliknya jika ronggatenggorokan menutup
akan membentuk bunyi konsonan
c.
Rongga Anak Tekak (Pharynx)
Rongga anak tekak ada di antara
pangkal tenggorokan dan rongga mulutdan rongga hidung. Gunanya sebagai saluran
udara yang akan bergetar bersamasamadengan pita suara. Adapun bunyi yang
dihasilkannya disebut bunyi faringal.
d. Pita suara (Vocal Cords)
Bunyi yang dihasilkan pita suara
diatur oleh sistem otot aritenoid. Pitasuara bagian depan mengait pada tulang
rawan tiroid. Adapun pita suara bagianbelakang mengait pada tulang rawan
Aritenoid. Pita suara dapat membuka luas atau menutup, fungsinya sebagai katup
yang ngatur jalannya udara dari paru-paru ketika melalui tenggorokan. Akibat
membuka dan menutup pita suara, akan memunculkan rongga diantara pita suara
yang disebut glotis. Posisi glotis ada empat macam, yakni:membuka lebar,
membuka, menutup, dan menutup rapat. Proses bergetarnya pitasuara tersebut
disebut proses fonasi.
Posisi Glotis akan mempengaruhi pola
terbentuknya bunyi bahasa. Jikaposisi glotis membuka akan menghasilkan bunyi tak
bersuara. Sebaliknya, jikaposisi glotis menutup akan menghasilkan bunyi
bersuara.Di bawah ini dijelaskan posisi pita suara ketika membentuk bunyi
bahasa.
a.
Posisi
pita suara ketika bernafas
Ketika bernafas, pita suara membuka lebar sehingga udara yang
keluar
dari
paru-paru melalui tenggorokan tidak ada yang menghalangi. Posisi pita suaraseperti
ini umumnya menghasilkan bunyi vokal, bunyi [h p,t,s k].
b. Posisi pita suara bergetar
Jika pita suara bergetar, bagian atasnya membuka sedikit sehingga
membentuk bunyi [b,d,g,m,r]. Jika pita suara tidak bergetar,
akan menghasilkanbunyi [p,t,c,k,f,h,s].
c. Posisi pita suara ketika ngengucapkan bunyi glottal
Ketika ngucapkan konsonan glotal, pita suara menutup sehingga bunyi
yang melalui tenggorokanberhenti sejenak, dan menghasilkan bunyi
hamzah [?].
d.
Posisi
pita suara ketika berbisik
Posisi
pita suara ketika berbisik, bagian bawahnya menutup sedikit, udara
yang
keluarnya pun berkurang sehingga bunyi–bunyi bahasa tersebut tidak
jelasterdengarnya.
Macam-macam posisi pita suara dapat
dilihat dalam gambar di bawah ini.
Macam-macam Posisi Glotis



Keterangan: 1 = glotis (ruangan, liang pita suara)
2 = pita suara
e.
Langit-langit Lunak (Velum) dan Anak
tekak (Uvula)
Langit-langit lunak (velum) beserta bagian ujungnya yaitu
anak tekak
(uvula)
dalam menghasilkan bunyi bahasa, dapat turun atau naik. Ketika bernafasnormal,
langit-langit lunak dan anak tekak tersebut turun, sehingga udara dapatleluasa
melalui hidung, termasuk ketika membentuk bunyi nasal. Ketikamenghasilkan bunyi
nonnasal, langit-langit lunak dan anak tekak naik menutuprongga hidung. Bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh langit-langit lunak disebutbunyi velar.
Adapun bunyi yang dihasilkan dengan hambatan anak tekak disebut
bunyi
uvular.
f.
Langit-langit Keras (Palatum)
Langit-langit keras merupakan susunan tulang-belulang.
Bagiandepannya mulai dari langit-langit cekung ka atas, kemudian diikuti oleh
bagianbelakang yang lunak. Menghasilkan bunyi bahasa, langit-langit keras
menjadiartikulator pasif. Adapun artikulator aktifnya ialah ujung lidah dan
tengah lidah.Bunyi yang dihasilkan oleh langit-langit keras disebut bunyi palatal,
sedangkanbunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah (apex) disebut bunyi
apical. Bunyi yangdihasilkan oleh tengah lidah (medium) disebut bunyi
medial. Bunyi–bunyitersebut biasa digabungkan menjadi apikopalatal dan medio-palatal
(Bloch &Trager, 1942:15).
g.
Gusi
(Alveolum)
Gusi merupakan tempat tumbuhnya gigi. Gusi dapat disebut daerah
kaki
gigi.
Dalam membentuk bunyi bahasa, gusi merupakan titik artikulasi, sedangkanartikulator
aktifnya ialah ujung lidah. Bunyi yang dihasilkan oleh gusi disebutbunyi
alveolar. Selain itu, gusi dapat bersama-sama dengan daun lidah (lamina)membentuk
bunyi bahasa, sehingga menghasilkan bunyi laminal. Gabungankedua bunyi
tersebut disebut bunyi lamino-alveolar .
h.
Gigi
(Dentum)
Gigi terbagi dua, yaitu gigi atas dan gigi bawah. Ketika membentuk
bunyi
bahasa,
gigi yang berperan penting yaitu gigi atas. Gigi atas biasanya bersamasamadengan
bibir bawah atau ujung lidah. Bunyi bahasa yang dihasilkan olehgigi atas dan
gigi bawah disebut bunyi dental, bunyi bahasa yang dihasilkan olehgigi
atas dan bibir bawah disebut bunyi labio-dental. Adapun bunyi bahasa
yangterbentuk oleh gigi atas dan ujung lidah disebut bunyi apiko-dental.
i.
Bibir
(Labium)
Bibir dibagi menjadi dua bagian, yaitu bibir atas dan bibir bawah.
Ketika
membentuk
bunyi bahasa, bibir atas berfungsi sebagai artikulator pasif bersamasamadengan
bibir bawah yang menjadi artikulator aktif. Bunyi yang dihasilkanoleh dua
bibirdisebut bunyi bilabial.
j.
Lidah
Ketika membentuk bunyi bahasa, lidah berperan aktif menjadi
artikulator.
Lidah
dapat dibagi menjadi lima bagian, yaitu: akar lidah (root), pangkal
lidah(dorsum), tengah lidah (medium), daun lidah (lamina), dan
ujung lidah (apex).Akar lidah bersama-sama dengan tenggorokan akan
ngahasikan bunyi radikofaringal,pangkal lidah bersama-sama dengan
langit-langit lunak akan
menghasilkan
bunyi dorso velar, tengah lidah bersama-sama dengan langit-langitkeras
akan menghasilkan bunyi medio-palatal, ujung lidah bersama-sama denganlangit-langit
keras akan menghasilkan bunyi apiko-palatal, ujung lidah bersamasamadengan
gusi menghasilkan bunyi apiko-alveolar, jika dengan gigi atas
menghasilkan apiko-dental.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Transkripsi
adalah tuturan atau pengubahan teks dengan tujuan untuk menyarankan lafalbunyi,
fonem, morfem, atau tulisan sesuai dengan ejaan yang berlaku dalam suatu bahasa
yang menjadi sasarannya. fonologi lazim
diartikan sebagai bagian dari kajian linguistik yang mempelajari, membahas,
membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang di produksi oleh
alat-alat ucap manusia. Bunyi apa saja, termasuk bunyi bahasa, pada dasarnya
adalah getaran atas benda apa saja karena adanya energi yang bekerja. Getaran
ini disadari sebagai bunyi apabila getaran itu cukup kuat dan dihantarkan ke
alat dengar oleh udara sekitar. Proses pembententukan bunyi bahasa juga
demikian. Sumber energi utamanya adalah arus udara yang mengalir dari
paru-paru. Getaran itu timbul pada pita suara sebagai akibat tekanan arus
udara, yang dibarengi dengan gerakan alat-alat ucap sedemikian rupa sehingga
menimbulkan perbedaan atau perubahan rongga udara yang terdapat dalam mulut
atau hidung. Alat ucap antara lain; paru-paru (lungs), tenggorokan (trachea),
pangkal tenggorokan (larynx). pita suara (vocal cords),krikoid (cricoid),
tiroid (tyroid) atau gondok laki, aritenoid (arythenoid), rongga anak tekak (pharynx), epiglotis
(epiglottis), akar lidah (root of tangue), punggung lidah (dorsum),
tengah lidah (medium),daun lidah (lamina), ujung lidah (apex), anak tekak (uvula),
langit-langit lunak (velum), langit-langit keras (palatum), gusi (alveolum),
gigi atas (denta), gigi bawah (denta), bibir atas (labia),
bibir bawah (labia), mulut (mouth), rongga mulut (mouth cavity),
rongga hidung (nasal cavity).
3.2 Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan
gambaran serta wawasan kepada kita tentang pembahasan
fonologi pada matakuliah Bahasa Indonesia, sehingga kita dapat mengetahui ilmu
tentang bunyi dalam kehidupan sehari-hari.
Dari pembahasan
materi ini kami mengalami beberapa kendala dalam penyusunan makalah ini. Maka
ada beberapa kesalahan atau kekurangan. Oleh karena itu kami juga membutuhkan
saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Djajasudarma,Fatimah.2006.Metode Linguistik.Bandung:PT
Refika Aditama
Verhaar.2001.Asas-Asas Linguistik umum.Jogjakarta:Gadjah
Mada University
Muslich,Mansur.2008.Fonologi
Bahasa inonesia:Tinjauan Diskriptif Sistem Bunyi Bahasa Indonesia.Jakarta:Bumi
Aksara
Chaer,Abdul.2009.Fonologi Bahasa Indonesia.Jakarta:PT Asdi
Mahasatya
0 Response to "FONOLOGI"
Posting Komentar